plumrose

button

masalah ruhiyyah

Musibah paling tragis yang menimpa umat kita dewasa ini ialah menjadikan agama sebagai permainan dan senda gurau, dan menjadikan permainan dan senda gurau sebagai agama.

“Orang-orang yang menjadikan agamanya sebagai permainan dan senda gurau, sedang mereka telah terpedaya dengan kehidupan dunia …”

(al-A’raaf : 51)

Bagaimana tidak, kita telah tergila-gila menghiasi tembok masjid dengan ayat-ayat al-Quran, tetapi tidak menghiasi kehidupan kita dengan al-Quran. Kita bacakan al-Quran untuk orang-orang mati, tetapi kita tidak mengajarkannya kepada orang-orang hidup. Kita berusaha memiliki al-Quran, membawanya membawa berkah, padahal berkah yang hakiki terletak dalam mengikuti perintahNya dan menjauhi laranganNya.

Allah berfirman :

“Inilah kitab penuh berkah yang Kami turunkan itu, maka ikutilah dia dan bertaqwalah, agar kamu mendapat rahmat.”

(al-An’am : 155)

Kita telah berani bersikap kepada Allah dengan menyia-nyiakan syariatNya dan tidak mengendahkan hukum-hukumNya. Kita menyombong diri dengan ilmu yang kita miliki, sehingga merasa hanya diri kita yang paling pandai dalam mengatur dan memenuhi keperluan umat yang diamanahkan kepada kita.

“Katakanlah : Apakah kamu yang lebih tahu atau Allah ?”

(al-Baqarah : 140)

“Apakah dia tidak mengetahui (Allah ) yang telah menjadikan? Padahal Dia adalah Maha Halus lagi Maha Mengetauhi.”

(al-Mulk : 14)

Maka berhembuslah angin maksiat, lalu padamlah cahaya rasa takut dari dalam kalbu kita. Masa ini berlanjutan lama, sehingga hati kita menjadi beku dan keras, seperti kerasnya hati Ahli Kitab yang lalu.

Allah berfirman :

“Kemudian hatimu menjadi keras sesudah itu, lalu ia seperti batu atau lebih keras lagi.”

(al-Baqarah : 74)

Kunci keperibadian umat ini dan kebanggaan kekuatannya terletak pada keimanan kepada Islam, yang telah menjadikannya sejak dahulu sebagai umat terbaik yang dikirimkan untuk seluruh manusia, dan telah memberikan kemenangan-kemenangan atas golongan berkuasa dunia, meskipun kekuatan tenaga manusianya sedikit dan perlengkapan senjatanya sangat minimum.

Kemudian dengan keimanan itu pula mereka dapat membendung penyerbuan pasukan Tartar dari Timur dan penyerangan Salib dari Barat, dan hingga kini pun mereka masih sanggup bertahan menghadapi pewaris-pewaris mereka itu.

Bangsa Israil memanfaatkan kekuatan ruhiyah dan semangat agama mereka untuk membangkitkan umat mereka dari tidur, kemudian mereka menyatukan berbagai golongan yang beragam aliran, mereka hidupkan bahasa agama mereka yang sudah mati, akhirnya mengisytiharkan perang kepada kita dan al-Quran.

Mereka bersatu padu dalam agama Yahudi, sedang kita bercerai-berai dalam Islam.

Mereka menekuni ajaran Talmud, sedangkan kita mencemuh hadis Bukhari dan Muslim.

Tokoh-tokoh mereka dengan bangganya mengatakan : “Demikianlah para Nabi kita mengajarkan kita, sedangkan tokoh-tokoh kita membanggakan Karl Max dan Lenin.

Kita memiliki akidah terkuat, risalah paling lengkap, kita memiliki kitab ilahi, yang satu-satu terpelihara dari kerosakan dan pemutar-belit tangan-tangan jahat. Namun kita dilanda lupa diri, tidak menyedari sumber tenaga dan kekuatan yang ada pada diri kita sendiri.

Jumlah kita begitu banyak, namun seperti yang dilukiskan oleh hadis yang diriwayatkan Tsauban ra :

“Seperti banyaknya buih pada air bah.”

Rahsianya terletak pada penyakit yang merosak batin kita, berupa rasa cinta dan keinginan pada hal-hal bergemerlapan, lebih senang hidup bermegah-megah, yang dinamakan oleh hadis tersebut sebagai wahan, dan ditafsirkan sebagai cinta dunia dan takut mati.

Maka tidak menghairankan, kalau umat yang berjumlah seribu juta itu, akan bertekuk lutut di bawah duli si Yahudi yang hanya berjumlah tiga juta.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS